BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Secret
Sputum
atau Secret adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum
yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan .
(Widman, 1994)
Sputum
paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, karena sputum pagi
paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok
gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan sisa makanan
dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).
2.1.1 Klasifikasi Sputum
Sputum
yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan
konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan
sputum dan kemungkinan penyebabnya :
- Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
b.
Sputum
banyak sekali dan purulen → proses supuratif (eg. Abses Paru)
c.
Sputum
yang terbentuk perlahan dan terus meningkat → tanda Bronchitis/ bronchiektasia
d.
Sputum
kekuning-kuningan → proses infeksi
e.
Sputum
hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya
verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita
bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.
Sputum
merah muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
g.
Sputum
berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
h.
Sputum berbau
busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
2.2.
Tempat Pengambilan Sputum
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum
yang diakumulasi sejak semalam.
Bila klien tidak
dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:
v lakukan
perawatan mulut
v minta
klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
v lakukan
kembali perawatan mulut.
2.3. Persiapan Alat
v Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
v Botol bersih dengan penutup
v Hand scoon
v Formulir dan etiket
v Perlak pengalas
v Bengkok
v Tissue
v Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun
cair dan air
v Label yang berisi lengkap
v Obat kumur
2.4. Prosedur Tindakan
- Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
v Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara
sputum dan saliva, dan cara mendapatkan spesimen sputum,
v Jangan menyentuh bagaian dalam wadah
specimen,
v Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam
wadah sputum,
v Untuk menjaga bagian luar wadah tidak
terkena sputum, bila memungkinkan,
v Cara memeluk bantal secara kuat pada
insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
v Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya
1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup analisis),
v Cuci tangan dan observasi prosedur
pengendalian infeksi lain yang sesuai.
- Berikan privasi klien.
- Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen, contoh :
v Bantu klien mengambil posisi berdiri atau
duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau
kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru yang
maksimum.
v Minta klien untuk memegang bagian luar
wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak dapat melakukannya, pasang
sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.
v Minta klien untuk bernapas dalam dan
kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam memberikan udara yang
cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam faring.
v Pegang wadah sputum sehingga klien dapat
mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan
bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah akan mencegah
penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
v Bantu klien untuk mengulang batuksampai
terkumpul jumlah sputum yang cukup.
v Tutup wadah segera setelah sputum berada
di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke tempat lain.
v Bila sputum mengenai bagian luar wadah,
bersihkan bagian luar dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan
untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan
air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.
v Lepas dan buang sarung tangan.
- Pastikan klien merasa nyaman.
v Bantu klien untuk membersihkan mulutnya
dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
v Bantu klien mengambil posisi nyaman yang
memungkinkan ekspansi paru secara maksimal, bila diperlukan.
- Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
v Pastikan informasi yang benar tertulis
pada label dan slip permintaan laboratorium. Tempelkan label dan
lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi
dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat
kesalahan diagnosis atau terapi.
v Atur agar specimen dikirim segera ke
laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri harus segera dimulai
sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik
sehingga memberikan hasil positif palsu.
- Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
v Dokumentasikan pengumpulan
spesimen sputum pada catatan klien. Pendokumentasian meliputi jumlah,
warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis
(darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan
sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara
umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.
2.5. Tujuan Spesimen
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis
etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat
menjelaskan organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial,
tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi
eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum
dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan
menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga
digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil).
Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat
antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang,
karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur
sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan
sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan,
klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin
yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang
diberikan dengan nebulizer ultrasonic.
sumber. http://materi-kuliah-akper-akbid.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar