Kamis, 24 April 2014

Sejarah Keperawatan di Indonesia

1    Sejarah Keperawatan di Indonesia
1.1    Masa Sebelum Kemerdekaan
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Verpleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan pada tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah Belanda pada masa itu antara lain membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Deandels mendirikan rumah sakit di Semarang dan Surabaya. Karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara belanda, maka tidak diikuti perkembangan keperawatan.
Sebaliknya, Gubernur Jenderal Inggris, Raffless, sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Semboyannya adalah kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Pada tahun 1819 di Jakarta didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadverband berlokasi di Glodok Salemba yang sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Pada kurun waktu 1816-1942 berdiri bebrapa rumah sakit swasta milik Misionaris Katolik dan Zending Protestan antara lain Rumah sakit PGI Cikini, Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Rumah Sakit St. Boromeus Bandung dan Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit diatas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, RSCM tahun 1912 ikut menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Itulah sekolah perawat pertama yang berdiri di Indonesia meskipun baru pendidikan okupasional.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun 1942-1945 menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerja perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik untuk menjadi perawat. 


1.2    Masa Setelah Kemerdekaan
1.    Periode tahun 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan merupakan masa transisi Pemerintah Republik Indonesia sehingga dapat dimaklumi jika masa ini boleh dikatakan tidak ada perkembangan. Demikian pula tenaga perawat yang digunakan diunit-unit pelayanan keperawatan adalah tenaga yang ada, pendidikan tenaga keperawatan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan “Perawat” Pemerintah Belanda).
Pendidikan keperawatan dari awal kemerdekaan sampai tahun 1953 masih berpola pada pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh, sampai dengan tahun 1950 pendidikan tenaga keperawatan yang ada adalah pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum Mulo +3 tahun untuk mendapatkan ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Ada juga pendidikan perawat dengan dasar sekolah rakyat +4 tahun pendidikan yang lulusannya disebut mantri juru rawat. Baru pada tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang lebih berkualitas. Namun, pendidikan dasar umum tetap SMP yang setara dengan Mulo dengan lama pendidikan tiga tahun. Pendidikan ini dibuka di tiga tempat (yaitu di Jakarta, di Bandung dan di Surabaya), kecuali pendidikan perawat di Bandung, keduanya berada dalam institusi rumah sakit.
Tahun 1955 di buka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan dasar umum sekolah rakyat ditambah pendidikan satu tahun dan Sekolah Pengamat Kesehatan yaitu sebagai pengembangan SDK ditambah pendidikan satu tahun. Ditinjau dari aspek pengembangannya sampai dengan tahun 1955 ini tampak pengembangan keperawatan tidak berpola, baik tatanan pendidikannya maupun pola ketenagaan yang diharapkan.
Tahun 1962 dibuka Akademi Perawatan, yaitu pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum SMA di Jakarta, di RSUP Cipto Mangunkusumo yang sekarang kita kenal sebagai Poltekkes Jurusan Keperawatan Jakarta yang berada di Jalan Kimia No. 17 Jakarta Pusat. Sekalipun sudah ada keinginan bahwa pendidikan tenaga perawat berada pada pendidikan tinggi, namun konsep-konsep pendidikan tinggi belum tampak. Hal ini dapat ditinjau dari kelembagaannya yang berada dalam organisasi rumah sakit, kegiatan institusi yang belum mencerminkan konsep pendidikan tinggi yaitu kemandirian dan pelaksanaan fungsi perguruan tinggi yang disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi, di samping itu Akademi Keperawatan tidak berada dalam sistem pendidikan tinggi nasional namun, berada dalam struktur organisasi institusi pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Demikian juga penerapan kurikulumnya yang masih berorientasi pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya konsep-konsep keperawatan.
2.    Periode tahun 1963-1982
Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan, sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan, tempat tenaga lulusan Akademi Keperawatan banyak diminati oleh rumah sakit-rumah sakit,  khususnya rumah sakit besar.
3.    Periode tahun 1983-sekarang
Sejak adanya kesepakatan pada lokakarya nasional (Januari 1983) tentang pengakuan dan diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi, dan pendidikannya berada pada pendidikan tinggi, terjadi perubahan mendasar dalam pandangan tentang pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi menekankan pada penguasaan keterampilan, tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan, disertai dengan landasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagai perwujudan lokakarya tersebut di atas pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum nasional untuk Diploma III Keperawatan.
Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan Indonesia, yang sampai saat ini masih perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah diakui sebagai suatu profesi maka pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, terutama pada pasal 32 yang berbunyi:
Ayat 3: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ayat 4: Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kurikulum pendidikan tenaga keperawatan jenjang S1 juga disahkan.
Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan karena pada tahun ini secara hukum keberadaan tenaga keperawatan sebagai profesi diakui dalam undang-undang yaitu yang dikenal dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai penjabarannya.
Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Keperawatan di Indonesia, yaitu di Universitas Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah menjadi Fakultas Keperawatan.
Tahun 1998 dibuka kembali program Keperawatan yang ketiga yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kurikulum Ners. disahkan, digunakannya kurikulum ini merupakan hasil pembaharuan kurikulum S1 Keperawatan tahun 1985.
Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka, yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang, PSIK di Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK di Universitas Sumatera Utara, PSIK di Universitas Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999 dibuka juga Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St. Carolus Jakarta. Pada tahun ini juga (1999) kurikulum DIII Keperwatan selesai diperbaharui dan mulai didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional.
Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara professional.

2.2    Sejarah Perkembangan PPNI
    Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat indonesia, didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah / organisasi nasional (fusi dan federasi). Sebagai fusi dari beberapa organisasi yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan baik dalam bentuknya maupun namanya. Embrio PPNI adalah
    Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilaksanakan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942. Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.
    Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi Keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945-1954 yaitu Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI). sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK) karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
    Dalam kurun waktu 1951-1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.
    Nama-nama pendiri PPNI antara lain:
1.    Oyoh Radiat, MSc dari IPI-Jakarta (PB)
2.    H.B. Barnas dari IPI-Jakarta (PB)
3.    Maskoep Soerjo Soemantri dari IPI-Jakarta (PB)
4.    J. Soewardi dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
5.    Sjuamsunir Adam dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
6.    L. Harningsih dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
7.    Wim Sumarandek, SH dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
Kongres Pertama (I) dibuka oleh Menkes RI di Balai Sidang Senayan Jakarta dan siding-sidang dilaksanakan di Komplek Angkatan Laut jalan Kwini Jakarta Pusat berlangsung pada tanggal 15-20 Nopember 1976 dengan hasil-hasil Konggres:
1.    Kode Etik Keperawatan Indonesia
2.    AD/ART PPNI
3.    Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
4.    Bendera dan Lambang Organisasi
5.    Pergantian Kepengurusan:
Ketua        : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris    : Maskoep Soerjo Soemantri
Sekretariat    : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Konggres Kedua (II) dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni 1980 di Surabaya The Smilling Nurse Oyoh Radiat, MSc terpilih kembali sebagai ketua dan telah terjadi regenerasi walaupun masih terbatas. Keperawatan sebagai pendidikan tinggi mulai dibicarakan lebih inten, konsep keperawatan sebagai profesi belum tergali dengan baik, kontak dengan International Council Nurse (ICN) telah diprakarsai walupun belum inten dan efektif.
Hasil keputusan Kongres:
1.    AD/ART PPNI
2.    Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3.    Penetapan Kepengurusan:
Ketua        : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris    : Maskoep Soerjo Soemantri
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Konggres Ketiga (III) dilaksanakan pada tanggal 15-18 Desember 1984 di Jakarta. Konggres ini dibuka di Istana Negara oleh Presiden RI Bapak Soeharto, sidang ilmiah dan organisasi dilaksanakan di Wisma Wiladatika / Panti Usila Cibubur Jakarta Timur.
Hasil Konggres Ketiga adalah:
1.    AD/ART PPNI
2.    Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3.    Pergantian Kepengurusan:
Ketua        : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris     : Drs. Husein, SKM
Sekretariat     : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Pada Konggres Ketiga ini diadakan penyempurnaan AD / ART ang intinya adalah mengganti istilah:
1.    Konggres Nasional menjadi Musyawarah Nasional
2.    Pengurus Besar menjadi Dewan Pimpinan Pusat
3.    Pengurus Wilayah menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I
4.    Pengurus Cabang menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II

Musyawarah Nasional Keempat (IV) berlangsung pada tanggal 27 Nopember-1 Desember 1989 dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah. Hasil yang disepakati pada Munas IV ini adalah:
1.    AD/ART PPNI
2.    Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3.    Pergantian Kepengurusan:
Ketua           : Setien Wuntu, MPH
Sekretaris     : Drs. Zaidin Ali
Sekretariat     : Pusdiklat Depkes RI Jl. Hangjabat Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Dalam Munas IV ini telah diputuskan “Ikrar Perawat Indonesia”

Musyawarah Nasional Kelima (V) dilaksanakan pada tanggal 5-29 Januari 1995 bertempat di Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Bapak Tri Sutrisno. Sidang – sidang ilmiah dan organisasi juga diselenggarakan di Wisma Haji Jakarta.
Hasil Munas Kelima adalah:
1.    AD/ART PPNI
2.    Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3.    Pergantian Kepengurusan:
                        Ketua        : Drs. Husein, SKM
                        Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
1.    Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Musyawarah Nasional Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal 16-18 April 2000, Munas dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Bapak dr. Sujudi, MPH.
Hasil kesepakatan Munas VI antara lain:
1.    AD/ART PPNI
2.    Garis-Garis Program Kerja PPNI
3.    13 Keputusan dan Rekomendasi diantaranya:
1.    Kode Etik Keperawatan Indonesia
2.    Legislasi Praktek Keperawatan
3.    Dewan Pimpinan Pusat diganti Dewan Pengurus Pusat
4.    Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I diganti Pengurus Propinsi
5.    Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II diganti Pengurus Kabupaten / Kota
Pergantian Kepengurusan :
Ketua            : Achir Yani S. Hamid, DNSc
Sekretaris    : Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep.
Sekretariat    : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Musyawarah Nasional Ketujuh (VII) dilaksanakan pada tanggal 24-28 Juli 2005 di Menado Convention Centre (MCC) Jalan Piere Tendean Boulevard Manado.
Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:

1.    Sebelum tahun 1950    : Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan.
2.    Tahun 1950        : Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR).
3.    Tahun 1945-1950    : Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.
4.    Tahun 1962        : Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
5.    Tahun 1955-1974    : Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.
6.    Tahun 1974        : Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).
7.    Tahun 1974        : Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
8.    Tahun 1876        : Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.
9.    Pada Januari 1983    : Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan:
a)    Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;
b)    Program gelar dalam pendidikan keperawatan;
c)    Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
10.    Tahun 1985        : Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1-Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
11.    Tahun 1999        : Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).
12.    Tahun 2000        : Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.

2.3    Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia 

    Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body of knowledge” yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.
    Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah suatu Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam melaksanakan hal ini tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas.
    Saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan di Indonesia masih merupakan pendidikan yang bersifat vocational, yang merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan idealnya pendidikan Keperawatan harus bersifat profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik. Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan membentuk sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun 1985, yang kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vocational.
    Selanjutnya, dalam perjalanan perkembangan keprofesionalismeannya, ternyata keprofesionalismean Keperawatan sulit tercapai bila pendidikan vocational lebih banyak dari pada pendidikan yang bersifat profesionalisme, dalam hal ini pendidikan tinggi Keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya standarisasi kebijakan tentang pendidikan Keperawatan yang minimal berbasis S1 Keperawatan.
    Terkait hal tersebut, Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No 427/ dikti/ kep/ 1999, tentang landasan dibentuknya pendidikan Keperawatan di Indonesia berbasis S1 Keperawatan. SK ini didasarkan karena Keperawatan yang memiliki “body of knowladge” yang jelas, dapat dikembangkan setinggi-tingginya karena memilki dasar pendidikan yang kuat2. Selain itu, jika ditelaah lagi, penerbitan SK itu sendiri tentu ada pihak-pihak yang terkait yang merekomendasikannya, dalam hal ini yakni Departemen Kesehatan (DepKes) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika dilihat dari hal ini, maka dapat disimpulkan adanya kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI dalam rangka memajukan dunia Keperawatan di Indonesia.
    Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia keperawatan, termasuk kebijakan mengenai dibentuknya pendidikan Keperawatan DIV (Diploma IV) di Politeknik-politeknik Kesehatan (Poltekes), yang disetarakan dengan S1 Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan ke pendidikan strata dua (S2). Padahal beberapa tahun lalu telah ada beberapa Program Studi Ilmu Keperawatan di negeri ini seperti PSIK Univesitas Sumatera Utara dan PSIK Universitas Diponegoro yang telah membubarkan dan menutup pendidikan DIV Keperawatan karena sangat jelas menghambat perkembangan profesi keperawatan. Selain itu masih beraktivitasnya poltekes-poltekes yang ada di Indonesia sekarang ini sebetulnya melanggar hukum Sistem Pendidikan Nasional yang ada tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Kedinasan, di mana pendirian Poltekes yang langsung berada dalam wewenang Depkes bertujuan dalam rangka mendidik pegawai negeri atau calon pegawai negeri di bidang kesehatan, sehingga setelah lulus, lulusan-lulusan Poltekes tersebut akan langsung diangkat menjadi pegawai negeri. Sedangkan saat ini, Poltekes bukan lagi merupakan Lembaga Pendidikan Kedinasan, sehingga para lulusannya tidak lagi mendapat ikatan dinas menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu, seharusnya Poltekes-Poltekes yang sekarang ada ini tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya memberikan pendidikan keperawatan.
    Selain itu akhir-akhir ini Depkes telah membuat kebijakan yang mengghentikan utilisasi S1 Keperawatan, dan walaupun masih ada, mereka dijadikan perawat-perawat S1 yang siap dikirim ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk ”menggoalkan” DIV Keperawatan.
    Hal ini tentu saja sudah sangat keterlaluan. Profesi Keperawatan secara sedikit demi sedikit melalui cara-cara yang sistematis dibawa pada jurang kehancuran. Namun, Jika memang perawat professional di zaman ini mau berusaha utuk memperbaiki nasibnya di masa depan , mungkin tidak akan ada kesulitan bagi generasi selanjutnya untuk mengecap pendidikan keperawatan samapai strata 1 (S1).

2.4    Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan di Indonesia antar lain, Achir Yani S, Hamid, DN. Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd., Tien Gartinah, MN, dan Dewi Irawaty, MA., dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar Keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat profesional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof. Dr. Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi, tempat diselenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama, 1988. Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti di bidang keperawatan profesional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek di bidang kedokteran.

Pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tidak dapat dipisahkan dari peran Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan diatas. Dalam hal ini peran Prof. Dr. Marifin Husein selaku Ketua Konsorsium Ilmu Kesehatan. Meskipun beliau berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu pendirian PSIK sebagai cikal bakal Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UI) yang merupakna institusi pendidikan tinggi keperawatan profesional pertama di Indonesia, setingkat sajana.
Saat ini melalui surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1995, PSIK-FKUI telah berubah status sebagai fakultas mandiri menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI). Melengkapi Fakultas Ilmu Keperawatan-UI, pada Universitas Pajajaran Bandung di tahun 1994 didirikan pula Program Studi Ilmu Keperawatan dan telah berubah status menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UNPAD).
Print Friendly and PDF

PEMASANGAN INFUS


 
Memasang infus merupakan salah satu cara pemberian terapi cairan dengan menggunakan prosedur infasif yang dilaksanakan dengan menggunakan tehnik aseptik.
Tujuan Memasang Infus:
  • Mempertahankan atau menganti cairan tubuh yang hilang
  • Memperbaiki keseimbangan asam basa
  • Memperbaiki komponen darah
  • Tempat memasukkan obat atau terapi intra vena
  • Rehidrasi cairan pada pasien shock
Persiapan Alat:
  • Alkohol spry
  • Infus Set
  • IV catheter sesuai ukuran
  • Pengalas
  • Infus sesuai pesanan
  • Toniquet
  • Sarung tangan bersih
  • Kapas steril
  • Plester
  • Bengkok
Prosedur Kerja:
1. Melakukan verifikasi program pengobatan
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
4. Mengecek tanggal kadaluarsa: infus, selang infus, catheter vena.
5. Menusuk saluran infus dengan benar ( jangan diputar ).
6. Menggantung cairan infus dan mengisi tabung reservoar sebanyak duapertiga bagian /sebatas tanda hingga tidak ada udara dalam selang.
7. Atur posisi pasien, pasang pengalas, selanjutnya pasang toniquet 5cm dari area insersi.
  • Lakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% dan biarkan selama 15-20 detik
  • Pertahankan vena pada posisi stabil dengan menekan dan menarik bagian distal vena yang akan diinsersi dengan ibu jari
8. Menusuk vena dengan sudut 30 derajat dan lubang jarum menghadap ke atas
9. Setelah dipastikan jarum masuk, turunkan posisi jarum 20 derajat dan tarik mandrin 0,5 cm, masukan catether secara perlahan.
  • Lakukan teknik saat melepas mandrin dengan  menekan port dan vena lalu segera sambungkan selang infus dengan catheter.
10.  Lepas torniquet dan masukan catheter secara perlahan, sambil menarik jarum keluar
11.  Alirkan infus, selanjutnya lakukan fiksasi antara sayap dan lokasi insersi tanpa menutup lokasi insersi
12.  Letakkan kapas/gaas steril di atas area  insersi.
13.  Lepaskan sarung tangan
14.  Lakukan fiksasi (plaster ukuran ± 5x8cm sampai menutup kapas steril.
15.  Atur tetesan infus sesuai program dan tulis tanggal pemasangan, kolf, tetesan, jam habis,dan k/p obat
16.  Observasi respon pasien.
17.  Bereskan alat dan kembalikan pada tempatnya dalam keadaan bersih
18.  Cuci tangan
19.  Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
•Tanggal dan jam dipasang
•Jenis cairan
•Jumlah tetesan/menit•Jangka waktu
•Obat bila ada dll
Tahap Terminasi
  1. Observasi terhadap kondisi umum(vital sign, keluhan nyeri, alergi)
  2. Observasi  kelancaran tetesan dan jumlah tetesan
  3. Observasi area insersi  (warna kulit / pembengkakan/ sakit)
  4. Berikan KIE pada pasien/keluarga bila terjadi ketidaknyamanan
http://www.youtube.com/watch?v=UetKexM9RYc

Print Friendly and PDF

Kamis, 10 April 2014

5 Cara Agar Terhindar Dari Serangan Jantung dan Stroke

Serangan jantung dan strokeAnda mungkin sudah akrab dengan cara-cara yang benar dalam menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke seperti : berhenti merokok, menurunkan berat badan, berolahraga, dan menurunkan tekanan darah & kolesterol. Ya, cara-cara tersebut memang dianjurkan, namun ada cara-cara lain dalam menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke yang mungkin belum anda ketahui. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya :
1. Hindari Kebisingan Lalu Lintas
Bunyi klakson, sirene, suara truk yang bising dapat berpengaruh pada pembuluh darah anda. Hal ini berdasarkan sebuah studi terbaru yang menemukan hubungan antara kebisingan lalu lintas dan risiko stroke. Hasilnya, berdasarkan survei lebih dari 51.000 orang di Denmark, menunjukkan bahwa, setiap kenaikan 10-desibel pada level kebisingan, risiko stroke akan meningkat sebanyak 14 persen. Bagi orang yang berumur lebih dari 65 tahun, risiko stroke akan meningkat sebanyak 27 persen. Paparan terhadap suara keras dapat meningkatkan stres tubuh kadar hormon, dan meningkatkan tekanan darah, yang berkontribusi terhadap naiknya risiko stroke, kata para peneliti. Penelitian sebelumnya juga telah mengaitkan antara kebisingan lalu lintas dengan peningkatan risiko serangan jantung.
2. Tidur yang Cukup
Kurang tidur atau tidur terlalu lama dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun 2011 pada European Heart Journal menunjukkan bahwa orang yang tidur 6 jam atau kurang per malam memiliki risiko 48 persen lebih tinggi mengalami penyakit jantung, dan 15 persen lebih tinggi mengalami stroke, dibanding dengan orang yang tidur selama tujuh atau delapan jam per malam. Hal ini juga berlaku bagi orang yang tidur terlalu lama, karena menurut penelitian tersebut, orang yang tidur lebih dari sembilan jam memiliki risiko 41 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung. Maka dari itu, tidurlah yang cukup, tujuh atau delapan jam per malamnya agar terhindar dari risiko penyakit jantung dan stroke.
3. Makan Blueberry
Blueberry dapat menurunkan risiko terkena tekanan darah tinggi. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition, orang yang makan setidaknya satu porsi blueberry per minggu, 10 persen lebih rendah mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak makan blueberry . Para peneliti menganalisis makanan dari 134.000 perempuan dan 47.000 laki-laki selama 14 tahun. Mereka memfokuskan pada berapa banyak senyawa anthocyanin yang dikonsumsi. Anthocyanin yang ditemukan pada makanan seperti blueberry, kismis hitam, jus jeruk, dan terong adalah antioksidan. Peserta penelitian yang memiliki jumlah tertinggi dari anthocyanin pada makanan mereka, memiliki risiko 8 persen lebih rendah mengalami tekanan darah tinggi daripada mereka yang sedikit mengonsumsi anthocyanin.
4. Hindari Soda Diet
Mengonsumsi soda diet dapat meningkatkan risiko stroke. Sebuah studi yang melibatkan 2.564 peserta, menemukan bahwa mereka yang minum soda diet setiap hari memiliki risiko 48 persen lebih tinggi terkena stroke dan serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak minum soda diet sama sekali. Namun demikian, para peneliti mengatakan bahwa penelitian tersebut hanya menunjukkan suatu asosiasi, bukan hubungan sebab-akibat. Temuan tersebut hanyalah awal, dan penelitian lebih lanjut akan dibutuhkan untuk mempertegasnya.
5. Makan Coklat Hitam
Sejumlah studi menunjukkan bahwa mengonsumsi coklat hitam dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Sebuah penelitian yang dipresentasikan dua tahun lalu, yang melibatkan 44.000 peserta, menunjukkan bahwa mereka yang makan coklat hitam setiap minggunya, 22 persen lebih kecil kemungkinannya menderita stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak makan coklat hitam. Studi lain menemukan bahwa mengonsumsi coklat hitam dapat menurunkan tekanan darah, membantu mencegah pembentukan plak arteri dan melancarkan aliran darah.
sumber. http://www.artikelkesehatan99.com/
Print Friendly and PDF

Insomnia Bisa Tingkatkan Risiko Stroke

Orang yang terganggu dengan masalah insomnia mungkin akan mengalami peningkatan risiko stroke, khususnya orang-orang dewasa muda, sebuah studi baru dari Taiwan menunjukkan.

Insomnia dan Risiko Stroke

insomnia dan risiko strokeSelama empat tahun, para peneliti menemukan bahwa insomnia tampaknya meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena stroke sebesar 54 persen. Risiko itu meroket untuk orang-orang berusia antara 18 hingga 34 tahun, yang delapan kali lebih mungkin untuk menderita stroke jika mereka mengalami insomnia bila dibandingkan dengan mereka yang memperoleh kualitas tidur yang baik
“Kami memperhatikan dengan sangat terhadap tekanan darah tinggi, obesitas, dan permasalahan terkait kolestrol. Kesemuanya itu merupakan faktor risiko,” ujar Dr Demetrius Lopes, direktur Interventional Cerebrovascular Center di Rush University, Chicago. “Namun demikian, saya berpendapat bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur yang baik secara rutin dapat membahayakan jiwanya, terutama pada usia muda.”
Penelitian baru ini membandingkan secara acak catatan kesehatan lebih dari 21.000 orang dengan insomnia dan 64.000 orang tanpa insomnia di Taiwan. Semuanya tidak ada yang memiliki diagnosis stroke atau apnea tidur sebelumnya. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Stroke edisi Mei.
Selama pemantauan empat tahun, 583 penderita insomnia dan 962 non-penderita insomnia diketahui terkena stroke. Setelah memperhitungkan faktor-faktor lain, para peneliti menyimpulkan bahwa orang dengan insomnia memiliki risiko stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan tidur yang cukup.
Ya-Wen Hsu, seorang peneliti dari Chia Nan University, bersama rekannya juga menemukan bahwa jumlah penderita insomnia memiliki pengaruh langsung terhadap risiko stroke yang akan mereka hadapi. Orang-orang yang menderita insomnia secara terus-menerus memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena stroke bila dibandingkan dengan orang yang mengalami insomnia sementara. Walaupun demikian, kedua kelompok tersebut berisiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan orang yang sudah berhenti mengalami insomnia saat studi berlangsung.
Penderita insomnia juga cenderung lebih menderita akibat faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Walaupun penelitian ini menemukan hubungan antara insomnia dan risiko stroke yang lebih tinggi, hal tersebut tidak membuktikan adanya hubungan sebab-akibat.
“Kami telah melihat bahwa orang yang memiliki masalah tidur, umumnya memiliki faktor kesehatan lain yang dapat meningkatkan resiko mereka untuk stroke, ” kata Dr Suzanne Steinbaum , seorang ahli jantung preventif di Lenox Hill Hospital , di New York City. “Masalah ini, insomnia, mempunyai beragam faktor yang terkait dengannya, di mana hal tersebut dapat meningkatkan risiko stroke.”
“Ini menjadi lingkaran setan,” kata Dr. Mark Urman, seorang kardiolog di Cedars – Sinai Heart Institute, Los Angeles. “Ketika Anda tidak mendapatkan tidur malam yang baik lagi dan lagi, maka hal tersebut dapat berkontribusi terhadap faktor risiko lain seperti kadar glukosa darah dan tekanan darah tinggi.” Faktor-faktor tersebut, pada gilirannya, meningkatkan Insomnia lebih lanjut.
Di sisi lain, tidur yang cukup secara teratur dapat bermanfaat bagi kesehatan. Tidur membantu tubuh mengatur tekanan darah, mengatur hormon, dan mengurangi stres.
Print Friendly and PDF

5 Tips Mengoptimalkan Pernapasan Ketika Berlari

Bernapas dengan benar adalah salah satu hal yang harus anda terapkan ketika sedang berlari. Ini bertujuan agar anda tidak merasa sesak napas ketika berlari. Sistem pernapasan berperan penting dalam efektivitas seorang pelari. Apabila dia bisa membawa oksigen lebih banyak, maka dia akan lebih kuat dibandingkan dengan pelari-pelari lain.
Bernapas ketika lari | usain boltSecara alami, seseorang akan kehabisan napas ketika berlari. Hal ini dikarenakan otot-otot memerlukan oksigen lebih banyak ketika melakukan aktivitas fisik. Selain itu, paru-paru juga akan bekerja lebih keras agar bisa menyerap oksigen. Menerapkan pola pernapasan yang efisien ketika berlari akan membuat seseorang mendapatkan oksigen dengan lebih efektif dan efisien. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan daya tahan tubuh dan memungkinkan untuk berlari lebih jauh & nyaman. Mengoptimalkan ritme napas bukanlah hal yang sulit. Ada beberapa cara yang bisa anda terapkan untuk membantu mengoptimalkan pola pernapasan saat sedang berlari.

5 Tips mengoptimalkan pernapasan saat sedang berlari

1. Bernapas lewat mulut
Bernapas dari hidung ketika sedang berlari akan membuat otot-otot wajah jadi mengencang dan rahang cenderung mengeras. Oleh sebab itu, cobalah bernapas lewat mulut ketika berlari, karena akan membuat oksigen yang masuk dan karbondioksida yang keluar lebih banyak dibandingkan lewat hidung. Bernapas melalui mulut akan membuat otot-otot wajah tetap rileks sehingga membuat anda lebih tenang dan santai. Apabila napas anda mulai habis, maka perlambat sedikit gerakan kaki anda.
2. Gunakan pernapasan perut
Cobalah untuk bernapas dari diafragma atau perut, bukan dari dada. Untuk melatihnya, berbaringlah telentang kemudian lihat gerakan perut ketika sedang bernapas. Pernapasan yang benar adalah ketika anda melihat perut naik dan turun setiap kali bernapas, sementara dada kurang bergerak. Terapkan teknik ini ketika anda berlari.
3. Ambil napas pendek
Menarik napas terlalu dalam dan panjang dapat menyulitkan anda untuk berlari dengan jauh atau lama. Oleh sebab itu, bernapaslah secara pendek dan tidak terlalu dalam sehingga memungkinkan anda untuk mengatur napas.
4. Napas secara berirama
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah konsistensi (berirama) saat bernapas. Anda dianjurkan untuk menarik dan mengeluarkan secara berirama atau konsisten, terlepas seberapa cepat anda dalam berlari. Contohnya adalah dengan mengambil napas setiap 2 langkah atau 3 langkah lari (sesuai kondisi tubuh).
5. Dengarkan napas
Libatkan telinga anda untuk mengontrol pernapasan. Apabila anda mendengar napas mulai terengah-engah, maka segera kurangi kecepatan berlari. Dan bila sudah mulai stabil, tingkatkan kecepatan secara perlahan.
Bernapas dengan benar saat berlari merupakan hal yang penting, karena akan membantu anda untuk menurunkan stres serta dapat meningkatkan stamina fisik dengan baik.
sumber. http://www.artikelkesehatan99.com/ Print Friendly and PDF

Makan Sehat di Tempat Kerja



Kumpulan.info - Mengkonsumsi makanan sehat di tempat kerja merupakan tantangan bagi banyak orang. Penyebab utama adalah kesibukan di kantor yang membuat tidak adanya waktu untuk menikmati makanan sehat, makanan yang umumnya dijual biasanya makanan yang praktis dan tidak memiliki kandungan gizi yang baik, dan tantangan lain karena makanan sehat biasanya tidak disukai dan dikalahkan dengan makanan cepat saji. Namun, makanan tidak sehat tentu dapat merongrong kesehatan Anda disamping yang akan membuat kelebihan berat badan.

Solusi Makan Sehat

Walaupun terlihat sulit, tapi Anda bisa membenahi pola makan Anda menjadi lebih baik. Berikut beberapa solusi praktis untuk Anda yang sibuk:
  • Jangan lupakan sarapan

    Sarapan akan meningkatkan produktivitas karena dapat mengurangi kelelahan, rasa kantuk dan membantu agar Anda dapat berkonsentrasi dengan baik. Pada saat bangun tidur, metabolisme otak meningkat sehingga dibutuhkan glukosa sebagai tenaga. Glukosa dalam tubuh pada pagi hari menurun karena Anda tidak makan semalaman ketika tidur.

    Menu sarapan yang baik adalah makanan yang memerlukan waktu untuk dicerna, misalnya roti gandum dengan telur dadar ditambah bawang bombay, paprika dan tomat.
  • Jangan lewatkan makan siang

    Makan siang di tempat kerja penting karena selain untuk mengisi perut, makan siang juga merupakan waktu agar tubuh Anda beristirahat sejenak. Sebaiknya, makan siang tidak dilakukan di meja kerja tetapi beranjak dari meja kerja akan membantu agar tubuh dan pikiran kembali segar serta memperbaiki mood Anda.

    Perhatikan juga menu makan siang yang dipilih. Boleh saja sesekali makan siang di pinggir jalan atau restoran dengan menu yang kurang sehat. Tetapi, jangan setiap hari agar tubuh tetap sehat. Makan di luar boleh saja, dengan syarat tetap memenuhi kebutuhan tubuh terhadap serat, protein dan karbohidrat sesuai porsinya. Menu makan siang yang baik adalah 50% sayur dan buah, 25% protein dan 25% karbohidrat.
  • Cemilan

    Godaan menikmati cemilan mungkin timbul karena adanya rekan kerja yang membawa makanan kecil atau kue-kue yang disediakan ketika meeting. Diet sehat bukan berarti pantang menikmati cemilan, jadi boleh-boleh saja ngemil asal tahu aturannya.

    Aturan ngemil adalah memperhatikan porsi dan kalori cemilan. Jangan sampai karena terkesan kecil dan tidak mengenyangkan, Anda memasukkan kalori terlalu banyak dari cemilan. Hal ini dapat menyebabkan berat bdan bertambah. Hindari juga makanan yang digoreng karena mengandung lemak yang berlebih.

    Menu cemilan yang sehat adalah makanan yang direbus seperti ubi atau pisang rebus, biskuit gandum, manfaat yoghurt atau dark chocolate.
  • Menyeruput teh dan kopi

    Teh dan kopi biasa menemani keseharian di kantor Anda. Bagi sebagian orang menyeruput teh dan kopi sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Bahkan, tubuh terasa tidak bertenaga jika belum menyeruput minuman ini. Mengkonsumsi teh atau kopi boleh-boleh saja asal tidak terlalu banyak.

    Porsi teh atau kopi yang diperbolehkan adalah 1 sendok teh atau kopi dengan gula setengah sendok dan tidak melebihi 2 cangkir sehari. Akan lebih baik jika tidak dicampur creamer atau gula karena akan meningkatkan kalori.
  • Makan malam sehat

    Umumnya, tidak ada aktivitas yang memerlukan banyak energi pada malam hari. Jadi, untuk makan malam, porsi karbohidrat dapat dikurangi. Jika Anda harus lembur dan memilih untuk makan di rumah, untuk menahan rasa lapar, Anda dapat memilih snack yang sehat atau buah-buahan. Menu makan malam yang disarankan adalah sayuran, protein atau buah-buahan.
Dengan menyempatkan makan dengan porsi dan komposisi yang tepat, akan membantu Anda memiliki cukup energi untuk melakukan hari-hari yang sibuk, terhindar dari penyakit, menjaga berat badan tetap ideal dan penampilan fisik tetap terjaga.
Print Friendly and PDF

Sabtu, 05 April 2014

Konsep Dasar Ilmu Gizi


Tujuan pembelajaran adalah diharapkan mahasiswa diakhir perkuliahan dapat menjelaskan konsep dasar ilmu gizi. Materi ini akan membahas beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan konsep dasar ilmu gizi antara lain :
1. Beberapa pengertian / istilah dalam gizi.
2. Sejarah perkembangan ilmu gizi.
3. Ruang lingkup ilmu gizi.
4. Pengelompokan zat gizi menurut kebutuhan.
5. Fungsi zat gizi…
Beberapa Penertian / Istilah Dalam Gizi
  1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.
  2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses – proses kehidupan.
  3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi.
  4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
  5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat – zat gizi dan atau unsur – unsur / ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
  6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.
  7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia.
Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.
Pengertian Gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
  1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses – proses kehidupan dalam tubuh).
  2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.
Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi
Berdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz Rose saat dikukuhkan sebagai profesor ilmu gizi di Universitas Columbia, New York, AS. Pada zaman purba, makanan penting untuk  kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman Yunani, tahun 400 SM ada teori Hipocrates yang menyatakan bahwa makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia, artinya manusia butuh makan.
Beberapa penelitian yang menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara lain:
  1. Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri – Pertama dipelajari oleh Antoine Lavoisier  (1743-1794). Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan  penggunaan energi makanan yang meliputi  proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Kemudian berkembang hingga awal abad 20, adanya  penelitian tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan  makanan pokok.
  2. Penemuan Mineral – Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan gigi. Pada tahun 1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault menemukan zat besi sebagai zat esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990), menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20, penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsium klorida terhadap jaringan hidup.
  3. Penemuan Vitamin – Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul penelitian-penelitian dengan makanan yang dimurnikan dan makanan utuh. Dengan hasil: ditemukan suatu zat aktif dalam makanan yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan dalam pencegahan penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun 1912, Funk mengusulkan memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti menjadi vitamine dan diakui sebagai zat esensial.
  4. Penelitian Tingkat Molekular dan Selular – Penelitian ini dimulai tahun 1955, dan diperoleh pengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan kompleks dan vital zat gizi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-zat gizi esensial ke inter relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengolahan makanan terhadap kandunga zat gizi.
  5. Keadaan Sekarang – Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunan terhadap kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pada bidang teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat gizi esensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan, dsb. FAO dan WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas keracunan).
Ruang Lingkup Ilmu Gizi
Ruang  lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen (penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit). Ilmu gizi berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran. Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga.
Perkembangan Gizi Klinis :
  1. Anamnesis dan pengkajian status nutrisi pasien.
  2. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan defenisi zat besi.
  3. Pemeriksaan antropometris dan tindak lanjut terahdap gangguannya.
  4. Pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium dengan status nutrisi pasien.
  5. Suplementasi oral, enteral dan parenteral.
  6. Interaksi timbal balik antara nutrien dan obat – obatan.
  7. Bahan tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis serta bahan-bahan kontaminan).
Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan
Terbagi dalam dua golongan besar yaitu makronutrien dan mikronutrien.
Makronutrien
Komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh. Karbohodrat (hidrat arang), lemak, protein, makromineral dan air.
Mikronutrien
Golongan mikronutrien terdiri dari :
  1. Karbohidrat – Glukosa; serat.
  2. Lemak / lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3).
  3. Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin; metionin; fenilalanin; treonin; valin; histidin;nitrogen nonesensial.
  4. Mineral – KAlsium; fosfor; natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan; tembaga; kobalt; iodium; krom flour; timah; nikel; silikon, arsen, boron; vanadium, molibden.
  5. Vitamin – Vitamin A (retinol); Vitamin D (kolekalsiferol); Vitamin E (tokoferol);Vitamin K; tiamin; riboflavin; niaclin; biotin; folasin/folat; Vitamin B6; Vitamin B12; asam pantotenat; Vitamin C.
  6. Air
Fungsi Zat Gizi
  1. Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan /aktivitas.
  2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak.
  3. Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalamproses – proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh.
Referensi 
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.
Moehji, S. Ilmu Gizi. Jilid I. Bhatara Karya Pustaka, Jakarta, 1982.
Supariasa, I. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2002.
Print Friendly and PDF

Anatomi, Fisiologi Dan Reproduksi Sel

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata “sel” itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti “kotak-kotak kosong”, setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL
Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma)

Yaitu selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein).
Lipoprotein ini tersusun atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah:
Protein – Lipid – Protein Ãž Trilaminer Layer
Lemak bersifat Hidrofebik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dalam air); oleh karena itu selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari Overton).
Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati molekul tertentu saja.
Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan Transportasizat dari sel yang satu ke sel yang lain.
Khusus pada sel tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang letaknya di luar selaput plasma yang disebutDinding Sel (Cell Wall).
Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah(Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin, Suberine dan lain-lain. Selain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir sama dengan fungsi saraf pada hewan.
2. Sitoplasma dan Organel Sel
Bagian yang cair dalam sel dinamakan Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu digunakan Organel Sel.
Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kirnia sel. Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).


Organel Sel tersebut antara lain :
a. Retikulum Endoplasma (RE.)
Yaitu struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel.
Dikenal dua jenis RE yaitu :
• RE. Granuler (Rough E.R)
• RE. Agranuler (Smooth E.R)
Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
b. Ribosom (Ergastoplasma)
Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.
Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
c. Miitokondria (The Power House)
Struktur berbentuk seperti cerutu ini mempunyai dua lapis membran.
Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk dan dinamakan Krista
Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu mitokondria diberi julukan ”The Power House”.
d. Lisosom
Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.

e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal.
J. Sentrosom (Sentriol)
Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
1. Lekoplas 
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),
terdiri dari:
• Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
• Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
 Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2. Kloroplas 
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan
klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
3. Kromoplas
yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
• Karotin (kuning)
• Fikodanin (biru)
• Fikosantin (kuning)
• Fikoeritrin (merah)
h. Vakuola (RonggaSel)
Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut Tonoplas
Vakuola berisi :
• garam-garam organik
• glikosida
• tanin (zat penyamak)
• minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
Zingiberine pada jahe)
• alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)
• enzim
• butir-butir pati
Pada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.

i. Mikrotubulus

Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai “rangka sel”.
Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.
j. Mikrofilamen
Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.
k. Peroksisom (Badan Mikro)
Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
3. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
• Selapue Inti (Karioteka)
• Nukleoplasma (Kariolimfa)
• Kromatin / Kromosom
• Nukleolus(anak inti).
Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :
• Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai
pada bakteri, ganggang biru.
• Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).
Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.

sumber. http://yptksolok.wordpress.com
Print Friendly and PDF

Anatomi Dan Fisiologi Manusia

PENGERTIAN ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Anatomi dan Fisiologi Manusia
Anatomi dan Fisiologi Manusia
anatomi dan fisiologi adalah ilmu dalam bidang kesehatan / kedokteran yang mempelajari di dalamnya anatomi dan fisiologi metabolisme tubuh, anatomi dan fisiologi sistem saraf, anatomi dan fisiologi sistem digestif, anatomi dan fisiologi payudara, otak, panggul, dan bagian tubuh lainnya. ilmu anatomi tubuh manusia ini wajib dikuasi oleh mahasiswa bidang kedokteran khususnya, keperatan serta kebidanan.
  • Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan hubungan antara bagian-bagian tubuh.
  • Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi bagian-bagian tubuh dan tubuh secara keseluruhan. Beberapa pengkhususan di dalam setiap ilmu ini adalah sebagai berikut…
  • Anatomi kotor(anatomi makroskopik) adalah ilmu yang mempelajari bagian-bagian tubuh yang bisa dilihat oleh mata telanjang,seperti jantung dan tulang.
  • Histologi adalah ilmu yang mempelajari jaringan-jaringan dalam tingkat mikroskopik.
  • Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel-sel dalam tingkat mikroskopik.
  • Neurofisiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana system saraf berfungsi.
Organisasi dalam system Kehidupan
  • Sistem Kehidupan dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang,dari yang paling luas(memperhatikan seluruh bumi) sampai yang paling kecil(tingkat atom).
  • Pada tingkat kimia,atom,molekul(gabungan atom),dan ikatan kimia diantara atom menyediakan kerangka kerja yang menjadi dasar bagi semua kegiatan kehidupan.
  • Sel adalah unit terkecil dari kehidupan. Organela dalam sel adalah bagian-bagian tubuh yang dikhususkan untuk melakukan fungsi-fungsi sel khusus. Sel sendiri juga dapat bersifat khusus. Karenanya terdapat sel saraf,sel tulang,dan sel otot.
  • Jaringan adalah sekelompok yang mirip,yang melakukan fungsi-fungsi yang sama.
  • Organ adalah sekelompok jaringan yang berbeda,yang bekerja sama untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Jantung adalah sebuah organ yang tediri atas jaringan oto, saraf, jaringan ikat,dan jaringan epitelum.
  • Sistem organ adalah dua atau lebih organ,yang bekerja sama untuk mengerjakan suatu tugas tertentu. Contohnya, system pencernaan.
  • Organisme adalah sebuah system yang mempunyai ciri-ciri mahluk hidup, yaitu mampu memperoleh dan memproses energi,mampu menghadapi perubahan-perubahan lingkungan,dan mampu berkembang biak.
Homeostasis
Homeostasis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh semua system kehidupan,yaitu pemaliharaan keadaan internal yang stabil dalam batas-batas tertentu. Keadaan stabil ini dipelihara melalui umpan balik negative.
Dalam umpan balik negative,mekanisme pengindraan (reseptor) mengenali perubahan keadaan di luar batas-batas tertentu. Pusat control atau integrator(sering terdapat di otak) menilai perubahan tersebut dan mengaktifkan mekanisme kedua(efektor) untuk memperbaiki keadaan. Keadaan tersebut senantiasa dipantau oleh reseptor dan dievaluasi oleh pusat control. Ketika pusat control menentukan bahwa keadaan telah kembali normal,tindakan perbaikan tidak dilanjutkan lagi. Oleh karena itu,dalam umpan balik negative keadaan yang berbeda dibatalkan atau ditiadakan sehingga kondisi dapat kenbali normal. Sedangkan umpan balik positif,yaitu ketika suatu aksi meningkatkan keadaan sehingga semakin terdorong sampai melebihi batas normal. Umpan balik positif seperti itu adalah suatu hal yang tidak biasa,namun memang terjadi selama proses kelahiran bayi,proses menyusui,dan orgasme seksual.
Peristilahan Anatomi
  • Potongan tubuh dan bagian-bagiannya digunakan untuk menggambarkan tubuh atau oran yang terbagi menjadi dua bagian.
  • Potongan sagital membagi tubuh atau oragan sacara vertical menjadi bagian kiri dan kanan. Jika bagian kiri dan kanan sama,maka disebut potongan midsagital,jika tidak,maka disebut potongan parasagital
  • Potongan frontal(koronal) membagi tubuh atau organ secara vertical menjadi dua bagian tubuh yaitu bagian depan dan belakang.
  • Potongan horizontal(melintang) membagi tubuh secara horizontal menjadi bagian atas dan bawah.
  • Rongga tubuh adalah daerah tertutup yang melindungi organ. Rongga tubuh bagian belakang(dorsal)meliputi rongga kranium(kepala yang melindungi otak) dan rongga vertebral(tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang). Rongga depan(ventral) meliputi rongga dada atau toraks(yang berisi paru-paru,masing-masing di dalam pleuronnya sendiri,dan jantung di rongga pericardia) dan rongga perut dan panggul(yang berisi organ-organ pencernaan di rongga perut,dan kandung kemih serta organ–organ reproduksi yang terdapat dalam rongga panggul).
Print Friendly and PDF

Makalah Pemeriksaan Diagnostik Sputum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Secret
Sputum atau Secret adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah  sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan  air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).

2.1.1 Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
  1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
b.      Sputum banyak sekali dan purulen   proses supuratif (eg. Abses Paru)
c.       Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat   tanda Bronchitis/ bronchiektasia
d.      Sputum kekuning-kuningan   proses infeksi
e.       Sputum hijau   proses penimbunan nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.       Sputum merah muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
g.      Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
h.      Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
2.2. Tempat Pengambilan Sputum
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam.
Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:
v  lakukan perawatan mulut
v  minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
v  lakukan kembali perawatan mulut.
                                                       
2.3. Persiapan Alat
v  Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
v  Botol bersih dengan penutup
v  Hand scoon
v  Formulir dan etiket
v  Perlak pengalas
v  Bengkok
v  Tissue
v  Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air
v  Label yang berisi lengkap
v  Obat kumur
2.4. Prosedur Tindakan
  1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
v  Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan    spesimen sputum,
v  Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
v  Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam wadah sputum,
v  Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
v  Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
v  Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup     analisis),
v  Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
  1. Berikan privasi klien.
  2. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen, contoh :
v  Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan  ekspansi paru yang maksimum.
v  Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang  tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah  tersebut untuk klien.
v  Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi  yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari  jalan udara ke dalam faring.
v  Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,  pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke  dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
v  Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
v  Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan  mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
v  Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan  disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian  luar  wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan  handuk kertas.
v  Lepas dan buang sarung tangan.
  1. Pastikan klien merasa nyaman.
v  Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
v  Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara  maksimal, bila diperlukan.
  1. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
v  Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.  Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.  Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat  membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
v  Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur  bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan  berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
  1. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
v  Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.  Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer),  adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan  untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang  dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien. 
2.5. Tujuan Spesimen
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic. 
sumber.  http://materi-kuliah-akper-akbid.blogspot.com
Print Friendly and PDF