Sabtu, 05 April 2014

Konsep Dasar Ilmu Gizi


Tujuan pembelajaran adalah diharapkan mahasiswa diakhir perkuliahan dapat menjelaskan konsep dasar ilmu gizi. Materi ini akan membahas beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan konsep dasar ilmu gizi antara lain :
1. Beberapa pengertian / istilah dalam gizi.
2. Sejarah perkembangan ilmu gizi.
3. Ruang lingkup ilmu gizi.
4. Pengelompokan zat gizi menurut kebutuhan.
5. Fungsi zat gizi…
Beberapa Penertian / Istilah Dalam Gizi
  1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.
  2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses – proses kehidupan.
  3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi.
  4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
  5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat – zat gizi dan atau unsur – unsur / ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
  6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.
  7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia.
Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.
Pengertian Gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
  1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses – proses kehidupan dalam tubuh).
  2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.
Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi
Berdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz Rose saat dikukuhkan sebagai profesor ilmu gizi di Universitas Columbia, New York, AS. Pada zaman purba, makanan penting untuk  kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman Yunani, tahun 400 SM ada teori Hipocrates yang menyatakan bahwa makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia, artinya manusia butuh makan.
Beberapa penelitian yang menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara lain:
  1. Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri – Pertama dipelajari oleh Antoine Lavoisier  (1743-1794). Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan  penggunaan energi makanan yang meliputi  proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Kemudian berkembang hingga awal abad 20, adanya  penelitian tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan  makanan pokok.
  2. Penemuan Mineral – Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan gigi. Pada tahun 1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault menemukan zat besi sebagai zat esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990), menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20, penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsium klorida terhadap jaringan hidup.
  3. Penemuan Vitamin – Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul penelitian-penelitian dengan makanan yang dimurnikan dan makanan utuh. Dengan hasil: ditemukan suatu zat aktif dalam makanan yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan dalam pencegahan penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun 1912, Funk mengusulkan memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti menjadi vitamine dan diakui sebagai zat esensial.
  4. Penelitian Tingkat Molekular dan Selular – Penelitian ini dimulai tahun 1955, dan diperoleh pengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan kompleks dan vital zat gizi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-zat gizi esensial ke inter relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengolahan makanan terhadap kandunga zat gizi.
  5. Keadaan Sekarang – Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunan terhadap kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pada bidang teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat gizi esensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan, dsb. FAO dan WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas keracunan).
Ruang Lingkup Ilmu Gizi
Ruang  lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen (penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit). Ilmu gizi berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran. Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga.
Perkembangan Gizi Klinis :
  1. Anamnesis dan pengkajian status nutrisi pasien.
  2. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan defenisi zat besi.
  3. Pemeriksaan antropometris dan tindak lanjut terahdap gangguannya.
  4. Pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium dengan status nutrisi pasien.
  5. Suplementasi oral, enteral dan parenteral.
  6. Interaksi timbal balik antara nutrien dan obat – obatan.
  7. Bahan tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis serta bahan-bahan kontaminan).
Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan
Terbagi dalam dua golongan besar yaitu makronutrien dan mikronutrien.
Makronutrien
Komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh. Karbohodrat (hidrat arang), lemak, protein, makromineral dan air.
Mikronutrien
Golongan mikronutrien terdiri dari :
  1. Karbohidrat – Glukosa; serat.
  2. Lemak / lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3).
  3. Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin; metionin; fenilalanin; treonin; valin; histidin;nitrogen nonesensial.
  4. Mineral – KAlsium; fosfor; natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan; tembaga; kobalt; iodium; krom flour; timah; nikel; silikon, arsen, boron; vanadium, molibden.
  5. Vitamin – Vitamin A (retinol); Vitamin D (kolekalsiferol); Vitamin E (tokoferol);Vitamin K; tiamin; riboflavin; niaclin; biotin; folasin/folat; Vitamin B6; Vitamin B12; asam pantotenat; Vitamin C.
  6. Air
Fungsi Zat Gizi
  1. Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan /aktivitas.
  2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak.
  3. Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalamproses – proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh.
Referensi 
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.
Moehji, S. Ilmu Gizi. Jilid I. Bhatara Karya Pustaka, Jakarta, 1982.
Supariasa, I. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2002.
Print Friendly and PDF

Anatomi, Fisiologi Dan Reproduksi Sel

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata “sel” itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti “kotak-kotak kosong”, setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL
Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma)

Yaitu selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein).
Lipoprotein ini tersusun atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah:
Protein – Lipid – Protein Þ Trilaminer Layer
Lemak bersifat Hidrofebik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dalam air); oleh karena itu selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari Overton).
Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati molekul tertentu saja.
Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan Transportasizat dari sel yang satu ke sel yang lain.
Khusus pada sel tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang letaknya di luar selaput plasma yang disebutDinding Sel (Cell Wall).
Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah(Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin, Suberine dan lain-lain. Selain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir sama dengan fungsi saraf pada hewan.
2. Sitoplasma dan Organel Sel
Bagian yang cair dalam sel dinamakan Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu digunakan Organel Sel.
Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kirnia sel. Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).


Organel Sel tersebut antara lain :
a. Retikulum Endoplasma (RE.)
Yaitu struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel.
Dikenal dua jenis RE yaitu :
• RE. Granuler (Rough E.R)
• RE. Agranuler (Smooth E.R)
Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
b. Ribosom (Ergastoplasma)
Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.
Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
c. Miitokondria (The Power House)
Struktur berbentuk seperti cerutu ini mempunyai dua lapis membran.
Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk dan dinamakan Krista
Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu mitokondria diberi julukan ”The Power House”.
d. Lisosom
Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.

e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal.
J. Sentrosom (Sentriol)
Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
1. Lekoplas 
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),
terdiri dari:
• Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
• Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
 Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2. Kloroplas 
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan
klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
3. Kromoplas
yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
• Karotin (kuning)
• Fikodanin (biru)
• Fikosantin (kuning)
• Fikoeritrin (merah)
h. Vakuola (RonggaSel)
Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut Tonoplas
Vakuola berisi :
• garam-garam organik
• glikosida
• tanin (zat penyamak)
• minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
Zingiberine pada jahe)
• alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)
• enzim
• butir-butir pati
Pada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.

i. Mikrotubulus

Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai “rangka sel”.
Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.
j. Mikrofilamen
Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.
k. Peroksisom (Badan Mikro)
Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
3. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
• Selapue Inti (Karioteka)
• Nukleoplasma (Kariolimfa)
• Kromatin / Kromosom
• Nukleolus(anak inti).
Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :
• Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai
pada bakteri, ganggang biru.
• Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).
Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.

sumber. http://yptksolok.wordpress.com
Print Friendly and PDF

Anatomi Dan Fisiologi Manusia

PENGERTIAN ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Anatomi dan Fisiologi Manusia
Anatomi dan Fisiologi Manusia
anatomi dan fisiologi adalah ilmu dalam bidang kesehatan / kedokteran yang mempelajari di dalamnya anatomi dan fisiologi metabolisme tubuh, anatomi dan fisiologi sistem saraf, anatomi dan fisiologi sistem digestif, anatomi dan fisiologi payudara, otak, panggul, dan bagian tubuh lainnya. ilmu anatomi tubuh manusia ini wajib dikuasi oleh mahasiswa bidang kedokteran khususnya, keperatan serta kebidanan.
  • Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan hubungan antara bagian-bagian tubuh.
  • Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi bagian-bagian tubuh dan tubuh secara keseluruhan. Beberapa pengkhususan di dalam setiap ilmu ini adalah sebagai berikut…
  • Anatomi kotor(anatomi makroskopik) adalah ilmu yang mempelajari bagian-bagian tubuh yang bisa dilihat oleh mata telanjang,seperti jantung dan tulang.
  • Histologi adalah ilmu yang mempelajari jaringan-jaringan dalam tingkat mikroskopik.
  • Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel-sel dalam tingkat mikroskopik.
  • Neurofisiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana system saraf berfungsi.
Organisasi dalam system Kehidupan
  • Sistem Kehidupan dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang,dari yang paling luas(memperhatikan seluruh bumi) sampai yang paling kecil(tingkat atom).
  • Pada tingkat kimia,atom,molekul(gabungan atom),dan ikatan kimia diantara atom menyediakan kerangka kerja yang menjadi dasar bagi semua kegiatan kehidupan.
  • Sel adalah unit terkecil dari kehidupan. Organela dalam sel adalah bagian-bagian tubuh yang dikhususkan untuk melakukan fungsi-fungsi sel khusus. Sel sendiri juga dapat bersifat khusus. Karenanya terdapat sel saraf,sel tulang,dan sel otot.
  • Jaringan adalah sekelompok yang mirip,yang melakukan fungsi-fungsi yang sama.
  • Organ adalah sekelompok jaringan yang berbeda,yang bekerja sama untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Jantung adalah sebuah organ yang tediri atas jaringan oto, saraf, jaringan ikat,dan jaringan epitelum.
  • Sistem organ adalah dua atau lebih organ,yang bekerja sama untuk mengerjakan suatu tugas tertentu. Contohnya, system pencernaan.
  • Organisme adalah sebuah system yang mempunyai ciri-ciri mahluk hidup, yaitu mampu memperoleh dan memproses energi,mampu menghadapi perubahan-perubahan lingkungan,dan mampu berkembang biak.
Homeostasis
Homeostasis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh semua system kehidupan,yaitu pemaliharaan keadaan internal yang stabil dalam batas-batas tertentu. Keadaan stabil ini dipelihara melalui umpan balik negative.
Dalam umpan balik negative,mekanisme pengindraan (reseptor) mengenali perubahan keadaan di luar batas-batas tertentu. Pusat control atau integrator(sering terdapat di otak) menilai perubahan tersebut dan mengaktifkan mekanisme kedua(efektor) untuk memperbaiki keadaan. Keadaan tersebut senantiasa dipantau oleh reseptor dan dievaluasi oleh pusat control. Ketika pusat control menentukan bahwa keadaan telah kembali normal,tindakan perbaikan tidak dilanjutkan lagi. Oleh karena itu,dalam umpan balik negative keadaan yang berbeda dibatalkan atau ditiadakan sehingga kondisi dapat kenbali normal. Sedangkan umpan balik positif,yaitu ketika suatu aksi meningkatkan keadaan sehingga semakin terdorong sampai melebihi batas normal. Umpan balik positif seperti itu adalah suatu hal yang tidak biasa,namun memang terjadi selama proses kelahiran bayi,proses menyusui,dan orgasme seksual.
Peristilahan Anatomi
  • Potongan tubuh dan bagian-bagiannya digunakan untuk menggambarkan tubuh atau oran yang terbagi menjadi dua bagian.
  • Potongan sagital membagi tubuh atau oragan sacara vertical menjadi bagian kiri dan kanan. Jika bagian kiri dan kanan sama,maka disebut potongan midsagital,jika tidak,maka disebut potongan parasagital
  • Potongan frontal(koronal) membagi tubuh atau organ secara vertical menjadi dua bagian tubuh yaitu bagian depan dan belakang.
  • Potongan horizontal(melintang) membagi tubuh secara horizontal menjadi bagian atas dan bawah.
  • Rongga tubuh adalah daerah tertutup yang melindungi organ. Rongga tubuh bagian belakang(dorsal)meliputi rongga kranium(kepala yang melindungi otak) dan rongga vertebral(tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang). Rongga depan(ventral) meliputi rongga dada atau toraks(yang berisi paru-paru,masing-masing di dalam pleuronnya sendiri,dan jantung di rongga pericardia) dan rongga perut dan panggul(yang berisi organ-organ pencernaan di rongga perut,dan kandung kemih serta organ–organ reproduksi yang terdapat dalam rongga panggul).
Print Friendly and PDF

Makalah Pemeriksaan Diagnostik Sputum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Secret
Sputum atau Secret adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah  sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan  air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).

2.1.1 Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
  1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
b.      Sputum banyak sekali dan purulen   proses supuratif (eg. Abses Paru)
c.       Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat   tanda Bronchitis/ bronchiektasia
d.      Sputum kekuning-kuningan   proses infeksi
e.       Sputum hijau   proses penimbunan nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.       Sputum merah muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
g.      Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
h.      Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
2.2. Tempat Pengambilan Sputum
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam.
Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:
v  lakukan perawatan mulut
v  minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
v  lakukan kembali perawatan mulut.
                                                       
2.3. Persiapan Alat
v  Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
v  Botol bersih dengan penutup
v  Hand scoon
v  Formulir dan etiket
v  Perlak pengalas
v  Bengkok
v  Tissue
v  Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air
v  Label yang berisi lengkap
v  Obat kumur
2.4. Prosedur Tindakan
  1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
v  Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan    spesimen sputum,
v  Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
v  Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam wadah sputum,
v  Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
v  Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
v  Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup     analisis),
v  Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
  1. Berikan privasi klien.
  2. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen, contoh :
v  Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan  ekspansi paru yang maksimum.
v  Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang  tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah  tersebut untuk klien.
v  Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi  yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari  jalan udara ke dalam faring.
v  Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,  pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke  dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
v  Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
v  Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan  mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
v  Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan  disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian  luar  wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan  handuk kertas.
v  Lepas dan buang sarung tangan.
  1. Pastikan klien merasa nyaman.
v  Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
v  Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara  maksimal, bila diperlukan.
  1. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
v  Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.  Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.  Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat  membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
v  Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur  bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan  berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
  1. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
v  Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.  Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer),  adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan  untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang  dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien. 
2.5. Tujuan Spesimen
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic. 
sumber.  http://materi-kuliah-akper-akbid.blogspot.com
Print Friendly and PDF

Makalah Pemeriksaan Diagnostik Sputum


 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Secret
Sputum atau Secret adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah  sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan  air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).

2.1.1 Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
  1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
b.      Sputum banyak sekali dan purulen   proses supuratif (eg. Abses Paru)
c.       Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat   tanda Bronchitis/ bronchiektasia
d.      Sputum kekuning-kuningan   proses infeksi
e.       Sputum hijau   proses penimbunan nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.       Sputum merah muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
g.      Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
h.      Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
2.2. Tempat Pengambilan Sputum
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam.
Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:
v  lakukan perawatan mulut
v  minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
v  lakukan kembali perawatan mulut.
                                                       
2.3. Persiapan Alat
v  Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
v  Botol bersih dengan penutup
v  Hand scoon
v  Formulir dan etiket
v  Perlak pengalas
v  Bengkok
v  Tissue
v  Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air
v  Label yang berisi lengkap
v  Obat kumur
2.4. Prosedur Tindakan
  1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
v  Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan    spesimen sputum,
v  Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
v  Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam wadah sputum,
v  Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
v  Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
v  Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup     analisis),
v  Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
  1. Berikan privasi klien.
  2. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen, contoh :
v  Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan  ekspansi paru yang maksimum.
v  Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang  tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah  tersebut untuk klien.
v  Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi  yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari  jalan udara ke dalam faring.
v  Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,  pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke  dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
v  Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
v  Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan  mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
v  Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan  disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian  luar  wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan  handuk kertas.
v  Lepas dan buang sarung tangan.
  1. Pastikan klien merasa nyaman.
v  Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
v  Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara  maksimal, bila diperlukan.
  1. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
v  Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.  Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.  Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat  membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
v  Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur  bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan  berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
  1. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
v  Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.  Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer),  adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan  untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang  dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien. 
2.5. Tujuan Spesimen
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic.
Print Friendly and PDF